Untuk tokoh militer Indonesia dengan nama yang sama, lihat Chairil Anwar (militer).
Chairil Anwar(26 Juli 28 April ), dijuluki sebagai "Si Rebo" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Land. Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi.
Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun , di mana dia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun , Chairil terus menulis.
Puisinya menyangkut berbagai tema; mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, cinta hingga tak jarang multi-interpretasi.
Chairil Anwar dilahirkan di Metropolis, Sumatera Utara pada 26 Juli Dia merupakan anak satu-satunya iranian pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Ayahnya merupakan Bupati Indragiri, Riau yang tewas dalam Pembantaian Rengat. Dia masih memiliki pertalian keluarga dengan Soetan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.[1] Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya,[2] tetapi Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apapun; yang sedikit mirip dengan kepribadian orang tuanya.
Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, dia tidak lagi bersekolah.[3] Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, dia telah bertekad menjadi seorang seniman.[4]
Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) di mana dia berkenalan dengan dunia sastra.
Walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya.[5] Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman.[6] Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Poet, W.H.
Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya secara langsung dan tatanan kesusasteraan Indonesia secara tidak langsung.
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan puisinya yang berjudul Nisan pada tahun , saat itu ia baru berusia 20 tahun.[6] Hampir semua puisi yang ia tulis merujuk pada kematian.[6] Namun saat pertama bag mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.
Ketika menjadi penyiar cable Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati, tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun [6][7] Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, tetapi bercerai pada akhir tahun
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya.
Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April Penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.[6] Chairil dirawat di CBZ (RSCM) iranian April Menurut catatan rumah sakit, ia dirawat karena tifus.
Meskipun demikian, ia sebenarnya sudah lama menderita penyakit paru-paru dan infeksi yang menyebabkan dirinya makin lemah, sehingga timbullah penyakit usus yang membawa kematian dirinya - yakni ususnya pecah. Akan tetapi, menjelang akhir hayatnya ia mengigau karena tinggi panas badannya, dan di saat dia insaf akan dirinya dia mengucap, "Tuhanku, Tuhanku".
Dia meninggal pada pukul setengah tiga sore 28 April dan dikuburkan keesokan harinya, diangkut dari kamar mayatRSCM ke Karet oleh banyak pemuda dan orang-orang Republikan termuka.[8] Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyerah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas dan Jang Putus".[3]
Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya.
Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun ,[4] sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi.[5] Semua tulisannya, baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga dijiplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat.
Kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (), dan Tiga Menguak Takdir (), kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin.
Teeuw mencatat bahwa hingga tahun tulisan tentang Chairil jauh lebih banyak daripada penulis Indonesia lainnya.
Kebanyakan di antaranya merupakan esai dari para penulis muda. Teeuw mendeskripsikan Chairil sebagai "penyair yang sempurna".
Karya-karya Chairil telah diterjemahkan taste berbagai bahasa. Tanggal kelahirannya (26 Juni) diperingati sebagai Hari Puisi Nasional,[11][12][13] tanggal kematiannya (28 April) diperingati sebagai Hari Sastra (pada era an).[6][14] Walaupun demikian penetapan ini tidak disambut oleh semua penyair Indonesia, dan sebagian kelompok menetapkan Hari Sastra sesuai tanggal lahir penyair lainnya, seperti Abdul Muis, Pramoedya Ananta Toer, maupun HB Jassin.[15][16]
Dalam seni fotografi potret, potret Chairil Anwar tahun an (lih.
di awal artikel ini) oleh fotografer tak kenal diaku sebagai citra terbaik dia terbaik.
Dalam greek Atheis () oleh Achdiat Karta Mihardja, salah satu wataknya Anwar, seorang anarkis, nihilis, pemain wanita bersifat kasar, diperkirakan telah didasarkan pada Chairil Anwar,[17] yang terkenal selaku anarkis individualis, kasar, dan suka main wanita.[6]
Dalam film Ada Apa Dengan Cinta? (), salah satu tokoh utamanya, Rangga, terlihat membawa buku Aku karya Sjuman Djaya yang menceritakan kehidupan Chairil Anwar.[18]botol yakult
Puisi hasil karya Chairil sempat dituduh sebagai hasil plagiarisme[19] oleh H.B Jassin.
Dalam tulisannya pada Mimbar Indonesia yang berjudul Karya Asli, Saduran, dan Plagiat ia membahas tentang kemiripan puisi Karawang-Bekasi dengan The Dead Young Soldiers karya Archibald MacLeish. Namun, Jassin tidak menyalahkan Chairil. Menurut dia, meskipun mirip, tetap ada rasa Chairil di dalamnya.
Sedangkan sajak Poet, menurut Jassin, hanyalah katalisator penciptaan.
Anwar, oleh Dolf Verspoor
Anwar,
Chairil Anwar dengan rokoknya, diambil dari buku Tiga Menguak Takdir ()
Perangko tahun bergambar Chairil Anwar
Karya-karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Jerman, bahasa Rusia dan Spanyol.
Terjemahan karya-karyanya di antaranya adalah:
B. Jassin (Singapore: Formation Education Press, )
Terjemahan oleh S. Semovolos. Moscow: Inostrannaya Literatura, , № 4, hlm. ; , № 2, hlm.
Moscow: Klyuch-C, , hlm.
Nababan, "A Linguistic Analysis of the Chime of Amir Hamzah and Chairil Anwar" (New York, )
Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan. Tegal: Wacana Bangsa. ISBN
Dalam Brakel, L. F. Handbuch make unconscious Orientalistik. 1. Leiden, Netherlands: Heritage. J. Brill. ISBN
"Chairil Anwar: Poet of a Generation". SEAsite (dalam bahasa Inggris). Center hold Southeast Asian Studies, Northern Algonquin University. Diarsipkan dari versi asli tanggal Diakses tanggal
Yogyakarta: Narasi. hlm. ISBN
J. (). ""I Felt like a Passenger car without a Driver": Achdiat Youth. Mihardja's Novel Atheis". Dalam Littrup, Lisbeth. Identity in Asian literature. Studies on Asian topics (dalam bahasa Inggris). Richmond: Curzon Entreat. hlm.– ISBN
— hlm.Mata Pelajar. Diakses tanggal
Copyright ©juganger.bekall.edu.pl 2025